Kopassus diakui dunia?
Merdeka.com - Komando Pasukan Khusus, atau disingkat Kopassus
merayakan hari jadi ke-63 hari ini. Mereka memulai dari titik nol kini
menjelma menjadi pasukan elite dunia. Berbagai macam misi dijalankan tim
elite ini, dimulai dari operasi-operasi militer di awal kemerdekaan,
merebut Irian Barat (sekarang Papua), penangkapan pimpinan pemberontak
hingga pembebasan sandera.
Keberhasilan-keberhasilan yang mereka
raih tak hanya mendapat pujian dari dalam negeri, bahkan negara-negara
lain sempat memasukkan Kopassus sebagai satu dari tim elite terbaik
dunia. Pujian ini tak lepas dari kegiatan operasi mereka yang minim
membawa korban dari sipil, dan berhasil melumpuhkan lawan-lawan mereka.
Dengan
membawa motto 3B, yakni Berani, Benar, Berhasil menjadi pegangan
pasukan ketika menjalani misi di medan tugas paling berat sekalipun.
Berikut misi-misi Kopassus yang pernah dijalani Kopassus hingga diakui dunia:
Merdeka
Kopassus dilatih tak cengengesan, tapi harus ramah
.com - Ada
yang beda dengan wajah Komando Pasukan Khusus saat ini. Menyambut hari
jadi pasukan khusus TNI AD ke-63 tahun itu, Komandan Jenderal Kopassus,
Letjen Doni Monardo memberikan aura baru bagi Korps Baret Merah.
Bekas Komandan Pasukan Pengawal Presiden itu punya moto baru buat
Kopassus, Tiga S: Senyum, Sapa, dan Salaman menjadi terobosan bagi Doni
untuk mengubah wajah Kopassus lebih ramah kepada masyarakat. Tujuannya
utamanya tak lain ialah menjadikan citra tentara yang tadinya dikenal
galak dan menyeramkan menjadi ramah.
Lalu bagaimana tanggapan mantan petinggi cikal bakal lahirnya Kopassus, Letnan Jenderal Purnawirawan
Sutiyoso? Dia beranggapan sama dengan Danjen Kopassus, Doni Monardo. Sebagai bekas prajurit pasukan elite,
Sutiyoso sampai saat ini begitu mencintai almamaternya. Dia pun mendukung terobosan yang dibuat Doni Monardo.
Kisah Mistis Prajurit Kopassus Tersesat di Hutan Belantara Papua
JAKARTA -Salah satu
syarat untuk menjadi prajurit elite TNI AD, Komando Pasukan Khusus
(Kopassus) harus melewati berbagai tes rekruitmen yang sangat sulit.
Kegiatan recruiting itu dikenal di kalangan komando dengan istilah werving yang merupakan rangkaian tes kesehatan, fisik, akademi dan psikologi.
Setelah
lulus seleksi, maka calon anggota terpilih akan dikirim ke Makopassus
di Cijantung, Jakarta Timur untuk dipersiapkan mengikuti pendidikan
komando di Batujajar, Bandung, Jawa Barat.
Setelah dinyatakan
lulus, prajurit Kopassus akan menerima penugasan di berbagai daerah,
termasuk yang memiliki medan hutan yang sangat sulit seperti di Papua.
Ada pengalaman mistik yang dibagi oleh Selvanus (bukan nama sebenarnya),
seorang prajurit Kopassus yang sempat bertugas di Papua.
Seperti dikutip Okezone
dalam buku Kopassus untuk Indonesia, karangan Iwan Santosa dan E.A
Natanegara. Saat itu Selvanus ditempatkan sebagai komandan pos di Timika
yang waktu itu sangat rawan karena keberadaan pentolan Organisasi Papua
Merdeka (OPM), Kelly Kwalik dan Thadeus Yogi.
Selvanus pun diperintahkan untuk menggerebek markas OPM yang berjarak enam hari jalan kaki dari markas Selvanus.
Tim
yang dibawanya mulai berangkat ke lokasi pada bulan Oktober yang juga
musim penghujan. Saat hari kelima, mereka bertemu sungai dengan arus
yang sangat deras. Mereka pun memutuskan untuk menyeberang dengan
menggunakan tali.
"Kebetulan saya jago renang. Jadi ketika saya
lihat ada prajurit yang masuk ke pusaran air, saya juga ikut masuk dan
menyelam," ucapnya.
Namun sampai suatu titik, sungai itu hilang
dan menjadi air terjun. Selvanus pun menepi di tengah hutan Papua yang
berada di ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut.
"Lima
orang sudah menyeberang, tiga belum menyeberang dan saya hanyut bersama
si Kopral. Ini adalah satu-satunya motivasi saya untuk bertahan dan
mencari Kopral itu," terangnya.
Saat ia keasyikan mencari prajurit tersebut, Selvanus tidak dapat kembali pulang. Dia pun tersesat di dalam hutan belantara.
"Di
kepala saya, saya harus mencari arah ke Timika untuk melapor ke
komandan dan melanjutkan mencari anak buah yang hilang," tuturnya.
Saat
hari keenam, Selvanus sudah berada di ambang sadar. Semua perlengkapan
termasuk sepatunya hanyut dibawa arus sungai yang deras.
"Hari
keenam itu saya sudah melihat alam lain. Saya mulai mengobrol dan
berkomunikasi. Mungkin itu hanya halusinasi saja. Namun anehnya, saya
masih terus bisa berjalan, bahkan sampai hari kesebelas dan berhasil
menyeberangi sungai dengan lebar 200 meter sebelum tiba di Timika. Dan
akhirnya, Selvanus yang hilang di hutan Papua selama delapan belas hari,
berhasil ditemukan oleh warga di Timika dengan selamat.
"Saat
itu saya hanya tinggal tulang berbalut kulit, mata yang terus berputar
liar dan telapak kaki yang bengkak akibat tertancap potongan kayu.
Dokter yang memeriksa saya saat itu menyatakan bebas dari penyakit
malaria dan cacing tambang," bebernya.
Setelah dinyatakan sehat, Selvanus diundang oleh Pangdam Cendrawasih ke Jayapura untuk menikmati makan malam.
"Anehnya,
makanan satu meja itu semua habis saya makan sendiri. Saya makan banyak
begitu bukan balas dendam, tapi rupanya ada yang 'ikut'. Tiba-tiba saya
ingat bahwa saya selama di hutan memang selalu ditemani tiga orang.
Kalau matahari sudah terbenam, satu memijati kaki, satu memijati pundak
dan satu lagi berbagi rokok dengan saya. Alamnya sudah lain,"
pungkasnya.
(trk)Infanteri di TNI
Infanteri Indonesia
Walaupun Indonesia adalah negara kepulauan ,sebagian besar tentara
Indonesia terdiri dari pasukan infanteri, hal ini terjadi karena
pengadaan pasukan infanteri adalah hal yang paling mudah dan murah.
Infanteri adalah korps yang terbesar dan menjadi tulang punggung di
jajaran
TNI-AD. TNI AD Memiliki tak kurang dari 89
Batalyon Infanteri atau sering juga disebut
Yonif. Setiap tanggal
15 Desember dalam lingkungan TNI-AD diadakan peringatan
Hari Juang Kartika TNI-AD
atau dulu biasa disebut sebagai hari Infanteri TNI-AD. Selain Batalyon
Infanteri yang berada di bawah komando TNI AD, masih terdapat 10
Batalyon Infanteri Marinir yang berada di bawah komando
Korps Marinir TNI AL.